KOMPETENSI DAN PERFORMANSI
Istilah kompetensi dan
performansi mulai populer ketika Chomsky menerbitkan bukunya yang berjudul
Aspects of the Theory of Syntax. Kompetensi mengacu pada pengetahuan dasar
tentang suatu sistem, peristiwa atau kenyataan. Kompetensi ini bersifat
abstrak, tidak dapat diamati, karena kompetensi terdapat dalam alam pikiran
manusia. Yang dapat diamati adalah gejala-gejala kompetensi yang tampak dari
perilaku (kebahasaan) manusia seperti berbicara, berjalan, menyanyi, menari dan
sebagainya.
Dalam pengajaran, kita memiliki
asumsi bahwa pembelajar memproses kompetensi tertentu dan kompetensi ini dapat
diukur dan diteliti dengan cara mengamati performansi. Cara ini umumnya disebut
tes atau ujian. Dalam linguistik, kompetensi mengacu pada pengetahuan sistem
kebahasaan, kaidah-kaidah kebahasaan, kosakata, unsur-unsur kebahasaan, dan
bagaimana unsur-unsur itu dirangkaikan, sehingga dapat menjadi kalimat yang
memiliki arti. Performansi merupakan produksi secara nyata seperti berbicara, menulis
dan juga komprehensi seperti menyimak dan membaca pada peristiwa-peristiwa ahli
bahasa.
Kompetensi kebahasaan, merupakan
istilah yang dipopulerkan oleh Chomsky (1965). Dalam hal ini kompetensi mengacu
pada pengetahuan gramatika. Pembicara-pendengar yang ideal dalam suatu
masyarakat yang homogen mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah gramatika
bahasanya. Gramatika suatu bahasa berisi suatu deskripsi mengenai kompetensi
yang bersifat intrinsik pada diri pembicara-pendengar.
Kompetensi kebahasaan adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat abstrak, yang berisi pengetahuan
tentang kaidah, parameter atau prinsip-prinsip, serta konfigurasi-konfigurasi
sistem bahasa. Kompetensi kebahasaan merupakan pengetahuan gramatikal yang
berada dalam struktur mental di belakang bahasa. Kompetensi kebahasaan tidak
sama dengan pemakaian bahasa. Kompetensi kebahasaan bukanlah kemampuan untuk
menyusun dan memakai kalimat, melainkan pengetahuan tentang kaidah-kaidah atau
sistem kaidah. Dalam hal ini kita dapat memahami bahwa mengetahui pengetahuan
sistem kaidah belum tentu sama atau jangan disamakan dengan kemampuan
menggunakan kaidah bahasa tersebut dalam aktualisasi pemakaian bahasa pada
situasi konkret. Masalah bagaimana menggunakan bahasa dalam aktualisasi konkret
merupakan masalah performansi.
Di samping kompetensi kebahasaan,
Chomsky juga mengemukakan performansi kebahasaan. Dalam kenyataan yang aktual,
performansi itu tidak sepenuhnya mencerminkan kompetensi kebahasaan.
Dikemukakan oleh Chomsky bahwa dalam pemakaian bahasa secara konkret banyak
ditemukan penyimpangan kaidah, kekeliruan, namun semua itu masih dapat dipahami
oleh pembicara-pendengar karena mereka mempunyai kompetensi kebahasaan.
Berkaitan dengan kompetensi ini,
Chomsky mengemukakan konsep ‘keberterimaan’ dan konsep ‘kegramatikalan’.
Keberterimaan mengacu pada bentuk-bentuk tuturan yang benar-benar alamiah dan
dengan cepat dapat dipahami, tidak aneh, tidak asing dan tidak janggal.
Sedangkan kegramatikalan, mengacu pada bentuk-betuk tuturan yang apabila dilihat
dari kaidah kebahasaan yang bersangkutan tidak menyimpang. Masalah
keberterimaan berkaitan dengan performansi kebahasaan, sedangkan kegramatikalan
berkaitan dengan kompetensi kebahasaan. Pengertian kedua istilah tersebut tidak
boleh dicampuradukkan. Contoh pada kalimat berikut (1) dan (2) merupakan contoh
kalimat yang memiliki tingkat kegramatikalan dan keberterimaan yang tinggi,
sedangkan kalimat (3) dan (4) memiliki kegramatikalan yang rendah namun
keberterimaannya tinggi.
1. Bapak membaca surat kabar di ruang tamu
2. Sopyan belajar dengan sungguh-sungguh
agar bisa lulus dalam ujian
3. …...Satu kilo gula, tiga kilo tepung dan
setengah kilo mentega bu……
4. …….Besok pagi jam delapan dari stasiun
Turi, dik!