Linguistik:Hakikat
Bahasa
A.Hakikat Bahasa.
Defenisi
bahasa dari Kridalaksana bahwa: “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”, dan yang sejalan dengan definisi
mengenai bahasa dari beberapa pakar lain, kalau dibutiri akan didapatkan
beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri itu, antara
lain, adalah :
1. Bahasa sebagai sistem
Sebagai
sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistemis,
artinya, bahasas itu tersusun menurut suatu pola: tidak tersusun secara acak,
secara sembarangan.Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan
sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sub sistem; atau sistem bawahan.
Di sini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi,
subsistem sintaksis dan subsistem semantik. Tiap unsur dalam setiap subsistem
juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara keseluruhan
membentuk satu sistem. Jika tidak tersusun menurut aturan atau pola tertentu,
maka subsistem itu pun tidak dapat berfungsi.Sub sistem bahasa terutama
subsistem fonologi, morfologi, dan sintaksis tersusun secara hierarkial.
Artinya, subsistem yang satu terletak di bawah subsistem yang lain; lalu subsistem
yang lain ini terletak pula di bawah subsistem lainnya lagi. Ketiga subsistem
itu (fonologi, morfologi, dan sintaksis) terkait dengan subsistem semantik.
Sedangkan subsistem leksikon yang juga diliputi subsistem semantic, berada di
luar ketiga subsistem struktural itu.
2. Bahasa sebagai lambang
Lambang
dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang
kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika
atau semiologi (yang di Amerika ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dan di
Eropa oleh Fendinand de Saussure) dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu,
antara lain tanda (sign), lambing (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom),
gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Tanda
selain dipakai sebagai istilah generic dari semua yang termasuk kajian
semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu,
adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran,
perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya, kalau di
kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di sana pasti
ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu. Berbeda dengan tanda,
lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambing menandai
sesuatu yang lain secarakonvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Karena
itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda serperti yang
sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Yang dimaksud arbiter adalah
tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambing dengan yang
dilambangkannya. Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir
tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol.Termasuk alat komunikasi
verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol
atau lambang.Tanda-tanda itu adalah sinyal gerak isyarat (gesture), gejala,
kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda
yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal
melakukan sesuatu.
3. Bahasa adalah bunyi
Kata
bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27)
bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga
yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.Bunyi bahasa atau
bunyi uajaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik
sebagai “fonem”.
4. Bahasa itu bermakna
Oleh
karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka
dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lebih umum dikatakan lambang
bunyi tersebut tidak punya referen, tidak punya rujukan. Makna yang berkenaan
dengan morfem dan kata disebut makna leksikal; yang berkenaan dengan frase,
klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana
disebut makna pragmatic, atau makna konteks.
5. Bahasa itu arbiter
Kata
arbiter diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang
dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang
dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam
dikotominya membedakan apa yang disebut significant (Inggris: signifier) dan
signifie (Inggris: signified). Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan
signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant.
6. Bahasa itu konvensional
Meskipun
hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbiter,
tetapipenerimaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu yang bersifat
konfensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konfensi
bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Jadi kalau kearbiteran bahasa pada hubungan antara lambanag-lamabang bunyi dengan
konsep yang dilambangkannya, maka kekonfensionalan bahasa terletak pada
kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan
konsep yang dilambangkannya.
7. Bahasa itu produktif
Kata
produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif “
banyak hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan” lalu, kalau
bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsure-unsur itu
terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan jumlahny ayng terbatas terdapat di luar
satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas, meski secara relative
sesuai dengan system yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan
bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa
kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih
kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin
puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat- kalimat yang belum pernah ada
atau pernah dibuat orang.Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini
dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat
parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole
adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang
dihasilkan.Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena
kaidah atau sistem yang berlaku.
8. Bahasa itu unik
Unik
artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain.
Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik., maka artinya, setiap bahasa
mempunyai cirri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas
ini bisa menyangkut sistem bunyi , sistem pembetukkan kata, sistem pembentukkan
kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikkan bahasa Indonesia
adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis.
Maksudnya, kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka
makna itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
9. Bahasa itu universal
Selain
bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu
bersifat universal.Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di Dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini merupakan unsur
bahasa yang paling umum, yang biasa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
bahasa lain.Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa
yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri
dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki
oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa
adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah
satuan yang maknanya kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana
satuan-satuan itu terbentuk
mungkin tidak sama.
Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan
keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu
hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan
keunikan rumpun atau sub rumpun bahasa tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa
ciri umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun atau
sub rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian besar bahasa-bahasa yang ada di
Dunia ini sebagai ciri setengah universal. Kalau dimiliki oleh semua bahasa
yang ada di Dunia ini beru bisa disebut universal.
10. Bahasa itu dinamis
Bahasa
adalah satu-satunya milik manusia yang tidak perbah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh
bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa.Karena keterkaitan
dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam
manusia nya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu
juda menjadoi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena
itulah, bahas itu disebut dinamis. Perubahahan yang paling jelas, dan paling
banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik.
Barang
kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan
ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga
dipahami, karen kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah
untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan
terjadinya perkembangan kebuidayaan, perkembang ilmu dan tekhnologi, tentu
bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya,
yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru. Perubahan dalam bahasa ini dapat
juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa
kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya,
atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di
Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para
penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka
pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka,
karena tidak ada lagi penuturnya.
11. Bahasa itu bervariasi
Setiap
bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat
bahasa.Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah mereka merasa menggunakan
bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua
orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia.Anggota masyarakat
suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status social
dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena
latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka
gunakan menjadi bervariasi atau beragam,
dimana antara variasi
atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai
variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek,
dialek, dan ragam.Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat
perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai cirri khas bahasanya masing-masing.
Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka,
Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali
ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu. Dialek adalah variasi bahasa
yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu
waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional
, dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan
sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial
atau sosiolek. Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal
digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk
situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam
nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan
ragam tulisan. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa
ilmiah, ragam bahasa jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer,
dan ragam bahasa hukum.
12. Bahasa itu manusiawi
Kalau kita menyimak
kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa bahasa itu adalah
sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer,
bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai
bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga
dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya
tidaiklah sama dengan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa. Dari penelitian
para pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa satu-satuan
komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat tetap.sebetulnya yang
membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam
arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat
komunikasi binatang, yang hanya itu-itu saja dan statis , tidak dapat dipakai
untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat
komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan
hakikat binatang. Manusia sering disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang
berpikir, homososio makhluk yang bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta
alat-alat dan juga animalrasionale makhluk rasional yang beerakal budi.
Maka dengan segala
macam kelebihannya itu jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini,
dan yang masih akan datang, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui
alat komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat
komunikasi manusia yang
namanya bahasa, adalah bersifat manusiawi, dalam
arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia
B..Fungsi Bahasa.
1.Hallday(1992) fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi untuk keperluan.
a. fungsi
instrumental (untuk melayani lingkungan)
b. fungsi
regulatori (untuk mengontrol peristiwa)
c. fungsi
representasi (untuk membuat pernyataan, menyampaikan fakta dan
pengetahuan, menjelaskan atau
melaporkan)
d. fungsi
interaksional (untuk memelihara kelangsungan komunikasi sosial)
e. fungsi
personal (untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, reaksi-reaksi
mendalam)
f. fungsi
heuristik (untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mempelajari lingkungan)
g. fungsi
imajinatif (untuk melayani sistem imajinasi atau ide)
2.
Roman Jakobson dalam Chaedar (1987:82)
a. Emotive speech
Ujaran
berfungsi psikologis (menyatakan perasaan, sikap, emosi penutur).
b. Phatic speech
IN100/101
LINGUISTIK UMUM: Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd Ujaran berfungsi memelihara hubungan
sosialdan berlaku pada suasana tertentu.
c. Cognitive
speech
Ujaran mengacu pada dunia yang sesungguhnya yang sering
diberi istilah denotatif atau
informatif.
d. Rethorical
speech
Ujaran berfungsi memengaruhi dan mengondisi pikiran dan
tingkah laku para penanggap tutur.
e. Metalingual
speech
Ujaran
berfungsi untuk membicarakan bahasa.
f. Poetic speech
Ujaran yang dipakai dalam bentuk tersendiri dengan
mengistimewakan nilai-nilai estetiknya.
3.
Whatmough dalam Rusyana (1984:141 – 142)
a. Penggunaan
bahasa secara informatif (menyatakan fakta)
b. Penggunaan
bahasa secara dinamis (menyusun pendapat)
c. Penggunaan
bahasa secara emotif (menggerakkan orang lain untuk bertindak)
d. Penggunaan
bahasa secara estetis (ekspresi sastra)
4.
Finocchiaro dalam Chaedar (1987:83)
a. Personal
(untuk menyatakan emosi, kebutuhan, pikiran, hasrat, sikap, dan perasaan)
b. Interpersonal
(untuk mempererat hubungan sosial)
c. Direktif
(untuk mengendalikan orang lain dengan saran, nasihat, perhatian, permohonan,
diskusi)
d. Referensial (untuk membicarakan
objek/peristiwa dalam lingkungan sekeliling atau di dalaM kebudayaan pada umumnya)
e. Metalinguistik
(untuk membicarakan bahasa)
f. Imajinatif
(untuk mengistimewakan nilai-nilai estetiknya).
CATATAN:
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi.